16 Agustus 2008

Parkir Motor vs Sekolah

Mungkin anda bertanya-tanya, kenapa saya mengambil judul tersebut. Ada apa dengan parkir motor dan sekolah? Apakah ada hubungan di antara keduanya?

Seringkali kita dengar, bahwa biaya pendidikan di Indonesia terbilang cukup tinggi (khususnya bagi sekolah swasta). Sehingga para orang tua cukup dipusingkan dengan masalah tersebut. Bahkan bagi sebagian orang pendidikan dijadikan nomor kesekian.

Baiklah, mari kita berhitung.

Seorang tetangga saya berprofesi sebagai penyalur (detailer) obat. Tiap hari ia harus berkeliling, dari satu tempat praktek dokter yang satu ke dokter yang lain. Dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Begitu seterusnya, tiap hari dalam satu bulan. Dalam sehari, ia bisa mengunjungi 10 dokter dan 2 rumah sakit. Taruhlah, biaya sekali parkir adalah Rp 1.000 dan dalam satu bulan ada 25 hari kerja. Maka dapat dihitung, dalam satu bulan ia harus mengeluarkan uang untuk biaya parkir sebesar Rp 300.000.

Atau, bagi Anda yang perokok. Misalkan dalam sehari Anda menghabiskan 1 bungkus rokok dengan harga Rp 4.000. Maka dalam satu bulan, Anda telah membakar uang tak kurang dari Rp 120.000.

Jumlah tersebut, tentu jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah spp atau iuran pendidikan anak kita dalam 1 bulan hanya kisaran Rp 50.000 - 100.000. Sudah begitu, anak kita di sekolah tidak hanya didiamkan sebagaimana tukang parkir akan mendiamkan motor yang kita parkir. Sekolah akan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak kita, memberikan mereka ketrampilan hidup dan ketrampilan sosial. Sehingga mereka mampu hidup di masyarakat.

Pertanyaannya sekarang. Kalau kita rela merogoh kantong untuk biaya parkir motor, rela membakar uang dengan merokok. Tidakkah kita rela menyisihkan pendapatan untuk pendidikan anak-anak kita? Untuk masa depan mereka?

Silakan pilih, parkir motor, rokok atau pendidikan anak. Semua tergantung Anda.

Ditulis oleh abahetika
»» Selengkapnya

13 Agustus 2008

Karakter Bangsa

Ada sebuah ungkapan 'jumlah anak-anak hanya 25% dari total penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan bangsa'.Itu berarti maju tidaknya sebuah bangsa sangat tergantung pada kualitas generasi mudanya. Thomas Lockana, profesor pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan ada tanda-tanda zaman bagi kehancuran suatu bangsa yaitu:
  1. meningkatnya kekerasan di kalangan remaja,
  2. penggunaan bahasa dan kata yang memburuk,
  3. pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan,
  4. meningkatnya perilaku yang merusak diri (narkoba,seks bebas, alkohol).
  5. semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk,
  6. penurunan etos kerja,
  7. semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,
  8. rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara,
  9. ketidak jujuran yang membudaya,
  10. rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.
Dengan adanya berita yang sering terdengar tentang kenakalan, tawuran, kriminalitas remaja, kita boleh menilai apakah bangsa kita sudah memiliki 'tanda-tanda zaman' tersebut. Jika benar adanya, apakah bangsa kita sudah dekat dengan kehancuran? Terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah cerminan dari krisis karakter dari seluruh bangsa.
Seluruh manusia dilahirkan dalam keadaan suci, berakhlak baik atau buruk sangat tergantung pada bagaimana ia dididik dan dibesarkan lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat). Coba bayangkan, lingkungan tempat generasi muda kita dibesarkan sedang mengalami krisis multidimensi, krisis moral yang parah (budaya KKN yang sudah mengakar, kebohongan publik, fitnah, konflik keluarga, pertikaian multietnis, agama, golongan dsb).
Bagaimana kita akan menciptakan masa depan yang cerah kalau anak-anak dibesarkan dalam lingkungan seperti itu?????
Fancis Fukuyama mengatakan, bangsa yang bisa maju adalah yang mempunyai social capital, yaitu high trust society, cirinya adalah masyarakat yang individunya bisa dipercaya. High trust society adalah karakter bangsa yang nilai-nilai integritas, kerjasama, tenggang rasa, etos kerja tinggi, dan amanah (jujur dan tanggung jawab) menjadi corak perilaku kehidupan.
Permasalahan karakter bangsa adalah masalah penting yang harus ditangani kalau kita ingin mencegah bangsa ini dari kehancuran.
Tulisan ini merupakan ungkapan hati seorang pendidik ibu Ratna Megawangi,Ph.D dalam bukunya Semua Berakar Pada Karakter
PR besar bagi kita untuk merubah paradigma pendidikan kita agar tidak cognitif oriented, baik di rumah di sekolah maupun di masyarakat ....
AYO KITA BISA!!!!

Diambil dari Mata Pena - Sri Purwaningsih
»» Selengkapnya